Minggu, 09 Januari 2011

Penyebab Jatuhnya Wibawa II

Penyebab lainnya yaitu sebagai berikut :
4. Egois
Sifat egois seseorang adalah biang dari
aneka kebusukan dan kejahatan
lainnya. Seseorang yang egois memiliki
beberapa ciri, diantaranya ; serakah,
tamak, licik, mau untung sendiri, mau
menang sendiri, pelit, dan kikir.
Bagi seorang egois, jangankan sudah
mendapat untung, baru berencana pun
sudah tampak keserakahannya. Rasa-
rasanya berat sekali untuk berbagi untung
dengan orang lain dengan adil. Selalu saja
menganggap dirinya paling berhak,
paling baik, paling berjasa, dan aneka alasan
lainnya agar hanya dirinyalah
yang mendapatkan sebanyak mungkin.
Tidak aneh bila dia akan sangat ringan
untuk berbuat licik dan aniaya dalam upaya
memenuhi ketamakannya.
Sungguh, bagi orang egois akan sangat
berat melihat orang lain beruntung.
Begitu pula dalam berbicara, dia akan
berupaya selalu mendominasi
pembicaraan dan tidak pernah mau
mengalah. Selalu ingin menang sendiri.
Memang sangat menjengkelkan orang egois
ini. Karenanya, yakinilah tidak akan
ada yang bersimpati kepada orang yang
egois serta serakah, justru sebaliknya
simpati kesetiaan dan penghormatan hanya
akan datang kepada orang yang
dengan tulus banyak melakukan pemberian
dan pengorbanan.
5. Tidak adil
Bagaimana perasaan kita ketika melihat
guru yang pilih kasih, yang hanya
memperhatikan murid yang rupawan serta
kaya saja ? sikapnya ramah
kepadanya,namun ketus kepada yang lain,
sungguh tidak adil, tentu saja ini
adalah perbuatan yang menyebalkan,
bukan ? Pemimpin yang pilih kasih, yang
hanya menilai dan memutuskan
berdasarkan selera serta kesenangan
perasaan
pribadi, tidak objektif, tidak sesuai dengan
fakta dan data adalah pemimpin
yang sangat malang, dia benar-benar akan
menjadi bulan-bulanan kedongkolan
orang lain. Tidak akan pernah disukai. Dia
adalah pemimpin yang gagal.
Oleh karena itu, dalam keputusan apapun
yang dibuat harus seadil-adilnya.
Jangan libatkan rasa cinta, sayang,
kekeluargaan, kebencian atau perasaan
lainnya yang membuat kita menjadi
lemahdan kehilangan objektivitas.
Bertindaklah berdasarkan berdasarkan fakta
yang benar dan putuskan
berdasarkan aturan yang benar, tepat, dan
adil. Ingat baik-baik, tidak ada
satupun tindakan yang tidak beresiko,
segala tindakan yang tidak beresiko,
segala tindakan akan mengundang resiko.
Pahit namun adil akan berakibat
manis pada akhirnya, namun manis tapi
tidak adil akan terasa pahit
selamanya.
6. kesombongan
Ciri yang khas dari orang yang sombong
adalah menganggap orang lain lebih
remeh dan lebih rendah dari dirinya. Sikap
ini akan nampak dari nada dan
cara berbicara, sikap duduk, menunjuk,
memanggil seseorang dan
gerak-gerik lainnya. Keputusan serta
tindakan-tindakannya selalu ingin
menunjukan bahwa dirinya lebih tinggi,
lebih berkuasa, lebih terhormat dari
orang lain. Dia tidak akan senang jikalau ada
yang menyamainya.
Padahal serendah appaun manusia
dikeningnya adalah sebuah “cap” yang
sama,
yang berbunyi “hargailah saya”.
Sesungguhnya kesombongan akan
membuat
seseorang tidak mampu menghargai orang
lain. Akibatnya mudah ditebak,
penghargaan pun tidak akan pernah
menghampirinya. Andaipun ada yang
tampak
mengikuti dan menurutinya, biasanya bukan
karena setia atau hormat melainkan
karena takut. Kita tidak pernah bisa membeli
hati dengan merendahkannya,
justru hati akan terbeli dengan kerendahan
hatilagi, hati hanya dapat
disentuh oleh hati lagi. Percayalah tidak
pernah ada kemuliaan bagi yang
sombong dan takabur, kemuliaan hanya
milik orang yang rendah hati dengan
tulus.
7. Hidup menjadi beban
siapapun yang menjadi benalu atau parasit,
tidak akan pernah berwibawa.
Kesenangan membebani orang lain adalah
kesenangan yang menghancurkan wibawa
sendiri. Silahkan bayangkan sendiri, wibawa
pemimpin yang peminta-minta yang
dikenal membebani orang yang
dipimpinnya. Atau pula menantu yang selalu
tinggal di peondok mertua permai, beban
makan, minum, listrik, air dan
lain-lain secara gratis. Apalagi jika tidak
tampak usaha yang gigih untuk
mendiri atau setidaknya balas budi dengan
meringankan sebagian beban yang
mampu dipikulnya. Adapula orang yang
datang hanya berkunjung dikala dia
butuh, tapi tidak demikian disaat makmur.
Sungguh akan jatuhlah wibawa
orang-orang semacam ini. Karenanya,
pastikan diri kita menjadi orang yang
paling minimal dalam membuat orang lain
terbebani dalam bentuk apapun.
Jangan pernah ringan menyuruh orang lain
terhadap sesuatu yang masih bisa
dilakukan sendiri, dan jangan merasa
bahagia ketika orang lain menjadi payah
dan repot untuk mengurus keperluan kita.
Hanya saja, suatu kenyataan bahwa
kita tidak mungkin lepas sama sekali dari
bantuan orang lain. Namun andaipun
suatu saat kita harus menjadi beban bagi
yang lain, maka buatlah beban ini
seminimal mungkin. Perjuangkan pula untuk
membalas meringankan beban yang
bersangkutan dari sisi lain yang kita
mampu, semaksimal mungkin, insya Alloh
kehormatan kita tidak akan terpuruk dan
akan tetap terjaga.
8. Tidak tahu etika
cara berbicara, cara berdebat, cara
berpakaian, cara makan dan minum, cara
bersendawa atau segala sisi kehidupan
memiliki standar etika yang harus
diketahui dengan baik, begitupun etika
aneka suku bangsa dan adat istiadat.
Tidak bisa tidak, lebih banyak yang
diketahui akan menjadikan lebih banyak
kesalahan yang dapat dihindari.
Tentu saja, tidak wajib kita beretika dengan
etika umum yang bertentangan
dengan etika Islam. Yang harus dilakukan
adalah memproporsionalkan tindakan
kita sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
dan juga bernilai dakwah Islam.
Belajarlah lebih banyak, pahamilah lebih luas
dan berbuatlah lebih baik
serta lebih ikhlas, insya Alloh akan tetap
terhormat. Wallahu a ’lam
bishawab.
By AA Gym

Tidak ada komentar:

Posting Komentar